Sabtu, 22 Januari 2011

Bride Waterfall (Coban Manten / Air Terjun Pengantin)

16 January 2011


Saya akan menceritakan jalan-jalan saya kali ini di daerah Batu. Setelah seminggu sebelumnya saya dengar ada air terjun indah yang tersembunyi di kaki Gunung Anjasmoro, saya tertarik untuk kesana. Kali ini saya ingin mengajak cewek saya untuk kesana yang kebetulan cewek saya suka dengan kegiatan2 outdoor, setelah sebelumnya janjian dengan salah satu sesepuh OANC Malang, Kang Ucup a.ka Arek Rimba.

05:00 WIB, packing
06:00 WIB, berangkat dari Kota Pandaan dengan sepeda motor
07:15 WIB, sampai di alun-alun Kota Batu-Malang untuk makan pagi.
07:30 WIB, berangkat ke Wisata Coban Rondo (Air Terjun Janda) di daerah Pujon-Batu Malang
08:00 WIB, sampai di loket, bayar retribusi dulu:
• Masuk lokasi = 6.000,-
• Sepeda Motor = 2.000,-

08:15 WIB, menunggu Kang Ucup di Camping ground, yang akhirnya diputuskan bertemu di kawasan coban rondo. Sembari menunggu, saya mencari informasi kepada penduduk yang kebetulan lagi mencari kayu di area camping ground. Beliau blg jalurnya memang lewat dari camping ground, akan tetapi dia menolak untuk dijadikan guide dikarenakan rawan daerah sekitar situ cz sebelumnya memang Malang diguyur hujan deras dan angin kencang yang berakibat kemungkinan adanya longsor dan pohon tumbang lebih besar.

08:45 WIB, sampai di kawasan coban rondo, dan menunggu kedatangan Kang Ucup. Sembari menunggu saya mencari informasi kepada petugas kebersihan tentang keberadaan air terjun pengantin. Beliau blg kalo air terjun pengantin bisa lewat dari coban rondo dan lebih cepat daripada lewat jalur camping ground, tetapi jalurnya rada naik terus sedikit bonus.
• Parkir sepeda motor = 2.000,-

09:30 WIB, Kang Ucup datang bersama Om Haris, Om Anang, Om Budi, Om Firman,setelah meeting sejenak, akhirnya diputuskan kalau start awal lewat coban rondo dikarenakan sepeda motor lebih aman.

09:45 WIB, Start awal trecking pertama melewati sebuah sungai di belakang parkiran bus. Kemudian kita trecking dengan sesekali melewati kebun milik penduduk asli sana. Start awal, kita sedikit bingung dan berkali-kali nyasar dikarenakan dari personil yang ada belum ada yg prnah kesana. Untung ada beberapa penduduk yang lagi berkebun sehingga bisa kita minta informasi lebih.

12:30 WIB, dengan jalur amburadul dalam arti kata banyak longsoran, diterjang hujan + angin kencang dan melewati beberapa sungai kecil, akhirnya kita ber7 sampai juga di Coban Manten dengan ketinggian 1.300mdpl. setelah berfoto ria dan mengeluarkan logisitik untuk makan siang akhirnya kita ber7 mencari ground yang enak dibuat ngopi…

14:00 WIB, stelah selesai ngopi, barang-barang dibereskan dan tidak lupa membereskan sampah-sampah, akhirnya kita start awal untuk pulang. Di perjalanan pulang, berkali-kali saya, cewek saya, dan kang ucup terpeleset dikarenakan medan yang sangat licin.

16:00 WIB, sampai di area Coban rondo, setelah berpamitan dengan ke5 orang teman-teman yang memang asli malang, akhirnya saya pulang ke Gresik

Kamis, 13 Januari 2011

Dolo Waterfall / Air Terjun Dolo

Minggu, 18 April 2010

       Kali ini saya akan menceritakan pengalaman jalan-jalan saya pada waktu itu yang kebetulan ditugaskan di Kediri. Yupz, sekadar jalan-jalan untuk melupakan segala hal yang berurusan dengan rutinitas sehari-hari. Tujuan kali ini adalah jalan-jalan ke Air Terjun Dolo. Buat yang di Kediri mungkin sudah ada yang pernah kesana. Kalau belum saya sangat sarankan untuk kesana, soalnya bagus bangeeet..nget..nget..!
       Kabupaten Kediri memiliki beberapa air terjun yang cantik.Salah satunya, Air Terjun Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer. Peta dan Koordinat GPS: 7°52'10"S 111°50'5"E. Meski agak jauh, tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dan mudah.
       Berangkat jam setengah 8 dari Hotel Merdeka Kediri, bersama kedua teman saya Galang dan Angga yang memang asli Kediri, dengan dua buah sepeda motor. Sebelumnya kita mampir dulu ke rumahnya Galang untuk menukar sepeda motor milik Angga dengan sepeda motor lain yang dipunyai oleh Galang, dikarenakan sepeda milik Angga rada rawan jika buat ngetrack keatas. Galang berboncengan dengan Angga, sedangkan saya menyetir sendiri dengan menggunakan sepeda milik Galang.

      Perjalanan dimulai dari rumah Galang pada jam 09:00 WIB,  melewati Terminal Kediri, kearah Puhsarang sebelumnya, dari Puhsarang ke Besuki dengan sepanjang perjalanan bagus banget pemandangannya, nggak nyesel nggeber motor sampe atas. Apalagi disertai kabut dan rintik air, menambah keindahannya. Selama perjalanan kita mendapati beberapa warung kecil yang menyediakan makanan ringan dan minuman hangat.

Suasana alam di daerah Besuki

Kondisi jalan

Tebing yang berkabut
      Tidak lupa kita berhenti di suatu jembatan yang ada di lembah di Besuki untuk foto-foto. Ketika berfoto-foto ria, ternyata saya merasakan bahwa kegiatan kita dari tadi dilihat seorang pria dengan motor GL-Maxnya.. Waktu itu saya bilang ke teman-teman, ada yang aneh dari pria ini, dikarenakan ketika kita melaju dengan sepeda motor kita, dia menguntit kita, entah dari kapan dia menguntit, dan ketika kita berhenti, diapun ikut berhenti. Ketika itu saya putuskan ke teman-teman untuk segera memacu motor mereka ke kawasan air terjun. Sembari melihat ke kaca spion, si pria ini terus menguntit kita, akhirnya sambil memacu motor, saya memberitahukan ke teman-teman agar berbalik arah kearah kawasan warung-warung kecil. Setelah sampai di warung, kita memesan beberapa camilan dan minuman hangat (Nescafe), dan berdiskusi soal penguntit tadi, dan diskusi kami ternyata didengar oleh sang pemilik warung. Mereka menjawab, maybe sang penguntit tadi warga sekitar Besuki. Mereka bilang tidak usah khawatir. Akhirnya, setelah merasa lebih tenang, kita melanjutkan perjalanan.

Berkabut
Pose dulu
10:00 WIB, Akhirnya sampai juga di kawasan Dolo. Sampai di titik pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu dengan lingkungan. Sehingga kesan alami tetap terjaga. Apalagi di saat-saat tertentu, suara kicau burung terdengar tanpa henti. Setelah kurang lebih 15 menit menapaki anak tangga yang berjarak 750m dengan lambat laun kita akan mendengar gemricik air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini berada di bagian timur lereng gunung Wilis (2.850m) dengan ketinggian 1800 m dpl.. Tumpahan airnya sendiri memiliki ketinggian sekitar 125 meter, dan memiliki 3 undakan di bagian bawahnya. Debit air yang dicurahkan tidaklah terlalu besar, namun cukup menarik untuk dinikmati. Begitu mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun Dolo.
Tempat Parkir
Hutan tropik
Pose dulu sebelum turun ke air terjun
Suasana alam
Turun melalui anak tangga
Air Terjun Dolo
Dibawah air terjun utama
Suasana alam
Kondisi air terjun anakan
Pose apaan yak??memalukan...heuheuehu

Personil
12:00 WIB, setelah berfoto-foto ria, kami memutuskan untuk sesegera pulang dikarenakan gerimis sudah mulai mengundang. Untuk balik ke atas dibutuhkan tenaga yang lumayan, heuehue..

12:30 WIB, Setelah sampai ke tempat parkiran kendaraan, akhirnya kita cepat-cepat pulang dengan menggunakan Rain Coat, dan hujan deras menemani perjalanan pulang kita sampai di daerah Puhsarang

NB:
1.    Tiket masuk = Rp. 3000/orang
2.    Jalan menuju lokasi rawan longsor.
3.    Tempat Parkir lumayan luas dengan musholla yang bersih.
4.    Banyak penjual makanan di kawasan ini yang juga menjual Durian hutan.
5.    Total lama perjalanan dari kota Kediri untuk ke lokasi air terjun = 1,5 jam
6.    Jangan lupa membawa jas hujan (untuk yang naik sepeda motor)
7.    Jangan lupa membawa jaket.
8.    Beberapa kantin sudah tersedia disana

Selasa, 11 Januari 2011

Mt. Semeru (3.676 mdpl)

14-16 September 2010

*diambil dari sebuah novel "5 cm" karya Donny Dirganthoro,

"Mahameru itu Bukan Cuma Perjalanan Alam, tapi Perjalanan Sebuah Hati"

Sebuah cerita yang berawal dari keinginan untuk menapak tilas perjalanan "sakit hati" pada tahun 2006 dulu. Kenapa saya sebut perjalanan "sakit hati"? dikarenakan pada tahun 2006, semua pemikiran hidupku berubah karena beberapa kejadian yang sangat menusuk hati ini, yang membuat saya frustasi dengan HIDUP, frustasi dengan TUHAN, dan frustasi dengan CINTA. Tapi, Mahameru mengubah itu semua. Dan seikat janji pada tahun 2006 dulu saya ikrarkan bahwa saya akan pasti kembali lagi kesana, saya harus menepatinya.

Cerita ini dimulai dari perkenalanku dengan Komunitas OANC (Outdoor Adventure and Nature Club), setelah menjadi member disana dan berlagak tidak tahu apa-apa atau dalam arti kata "masih newbie", saya berkenalan dengan seorang member cewek bernama Clara yang juga ternyata ingin merasakan puncak Mahameru tetapi masih tidak tahu kapan dan sama siapa saja kesananya. Setelah bertukar FB dan No. hape, saya menunggu konfirmasinya dan tidak lupa memberitahukan ke dia kalau saya hanya bisa mendaki pada 10 hari setelah Lebaran dan 10 hari setelah Natal dikarenakan masa libur dari perusahaan.
Setelah menunggu lebih dari 1 bulan, akhirnya saya dikirimin itenary (planning) lewat jejaring sosial,  Facebook. Dan disepakati jika akan mendaki pada tanggal 14-18 September 2010 (setelah Lebaran H+3). Dan personil yang akan ikut berjumlah 12 orang, yaitu: 

         Kelompok 1 =====> peralatan lengkap
             1. clara (sby)
             2. nesa (sby) --> tenda isi 2, trangia
             3. om wawo (jkt) --> tenda isi 2, trangia, gasmate
             4. saya (pandaan)
             5. rifki (sby) ---tenda isi 4 (adik kosan waktu jaman kuliah)
             6. yudi (sby)   

        Kelompok 2 ====> peralatan lengkap
             1. awaludin jamil (jkt)
             2. agus asmara dwi putra (jkt)
             3. angga putra (bdg)
             4. angan pratama (bdg)
             5. sentot budi (bdg)
             6. fajar (cirebon)

Setelah mendapatkan konfirmasi tentang pemberangkatannya, kemudian saya melakukan beberapa hal guna menyiapkan "journey" ini. Pertama, meminta ijin kepada kedua orang tua. Waktu itu saya bilang ke kedua orang tua kalau ingin "trip" bersama dengan teman-teman perusahaan dengan lokasi antara Bromo - Banyuwangi. Setelah berdebat cukup alot, akhirnya keinginan saya disetujui, dengan kalimat terakhir, "Jangan naik gunung lagi lo y, dek..Sudah cukup kegiatanmu seperti itu, dari SMA sampai kuliah, sekarang sudah tua, waktunya memikirkan masa depan...hati-hati besok". Waktu itu saya merasa bersalah banget dengan ketidakjujuran saya, akan tetapi hasrat dan janji untuk menapak tilas lebih menggebu. Dan ketika menjelang tidur, hanya gumaman lirih dari mulut saya, "Maafkan adek, Ibu Ayah, tapi adek harus menepati janji adek 4 tahun yang lalu."

Orang tua sudah beres, langkah selanjutnya adalah memberitahukan keinginan trip ini ke pacar tercinta jika saya berencana ke Mahameru setelah lebaran. Semula dia tidak mengijinkan karena masih trauma. Dikarenakan sebelum ini, masih dalam jarak 2 bulan yang lalu, saya mengalami nasib nahas hampir mati jatuh 4 meter ke jurang, waktu tracking di Air Terjun Madakaripura (Probolinggo - Jawa Timur). Akan tetapi setelah saya kasih pengertian, bahwa saya harus menepati janji 4 tahun yang lalu, dia akhirnya mengijinkan meskipun dengan berat hati.

13 September 2010
  • 12:00 WIB, mulai berangkat dari Gresik untuk menjemput adik kos saya, Rifki yang rumahnya ada di Surabaya. Setelah membantu dia packing, akhirnya kita berangkat ke kontrakan saya yang ada di Pandaan. Di perjalanan, secara tidak sengaja, saya papasan dengan sahabat karib saya, Agung a.ka Havero Um Futuro (rencananya saya malam ini menginap di kontrakan dia di Malang), setelah sempat bareng dari Sidoarjo - Pandaan, akhirnya kita mulai berpisah dengan Agung.
  • 18:00 WIB, akhirnya sampai juga di kontrakan di Pandaan, saya mulai mengepack barang-barang yang dibutuhkan pada waktu "journey" besok, yaitu Carrier 45 ltr, matras, surat keterangan dokter, jaket Teknik Industri (minjem dari salah satu adik junior saya, Derilivita Nindra), jaket windproff, sleeping bag + headlamp (minjem dari Toko Outdoor di Malang), senter kecil 2 buah, obat-obatan, sandal gunung, sandal jepit, jas hujan, kamera (minjem dari pacar), fotokopi ID, oksigen 2 botol
  • 19:00 WIB, kita berdua segera merapat ke Malang. Setelah sampai di Malang, saya segera bergabung dengan teman-teman lama untuk sekadar bernostalgia. Sambil mengobrol ngalor ngidul tentang rencana saya dan rifki buat nanjak ke Mahameru besok, anak-anak sangat menyangsikan dikarenakan kondisi Mahameru yang rawan waktu itu, saya uman bisa merenung diam, "Apakah trip kali ini sukses seperti tahun 2006 dulu?", "Apakah teman-teman baruku  dalam tim tidak seenaknya sendiri, dalam arti tidak sering meninggalkan teman sesama 1 timnya??", "Apakah saya berhasil sampai ke puncak dalam kondisi Semeru saat itu??". Semua berkecamuk jadi satu, sambil terus menunggu balesan sms yang tak kunjung datang  tentang kondisi track disana (sebelumnya teman saya ada yang sudah berangkat terlebih dahulu pada tanggal 09 Sepetember 2010). Hanya ada smsan balesan dari Clara tentang kordinasi besok.
  • 00:00 WIB, semua sudah tertidur Agung dan Rifki, hanya saya yang masih terjaga dan masih memikirkan soal trip ini. Dan akhirnya saya tidur dalam subuh.
Selasa, 14 September 2010
  • 06:00 WIB, saya dan rifki sudah merepack ulang barang bawaan kita masing-masing. Kemudian kita menghadang angkot untuk ke Terminal Arjosari (sebelumnya kita diantar oleh Agung untuk samapi di halte, Agung akhirnya tidak bisa ikut dikarenakan masih berkutat dengan Skripsinya). Dengan angkot @ 6.000,- kita berdua akhirnya melaju ke terminal Arjosari untuk ketemuan dengan anggota tim yang lain.
  •  07.15 WIB, Disini kami bertemu dengan 4 orang lagi dari kloter 031, om Wawo, om Nesa, Om Yudi, dan Tante Clara. Meeting point di depan pintu keluar bus, satu persatu mereka bermunculan disana. Rombongan pertama lengkap, Saya,  Nesa, Yudi, Om Wawo, Clara dan Rifki. Akhirnya ketemu juga angkot Arjosari-Tumpang. Begitu sampai Tumpang sebagian dari kami, melengkapi logistic dan fotokopi ID untuk keperluan simaksi. Disana, bertemu dengan 3 pendaki dari Bandung yang sama-sama mau nanjak ke Semeru. Akhirnya barenglah kita dengan 3 orang itu yang kami sebut rombongan ‘Mas Norman’.
  • 09:00 WIB, Angkot putih itu berhenti di depan Pos Perhutani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Carier satu persatu keluar dari tubuh angkot, dan setelah menyelesaikan pembayaran, maka kami pun segera menyelesaikan simaksi untuk pendakian ke Tanah tertinggi di Jawa tersebut. Kemudian Carier-Carier kami berpindah ke atas tubuh jeep yang sebelumnya sudah kami pesan (FYI jeep tumpang-ranupane PP 750.000). Untuk mengurus administrasi, kami serahkan ke Clara dan Wawo dengan modal fotokopi KTP rangkap 2 dan fotokopi surat keterangan sehat rangkap 2 juga uang 7000/orang, simaksi pun keluar. Simaksi pun keluar untuk 12 orang. Sementara mereka berdua mengurus simaksi, sisanya duduk-duduk santai diluar, kadang-kadang juga mengambil foto. Berhubung rombongan kedua masih belum datang, kami ber-6 mendahului mereka dan berniat untuk menunggu di Ranu Kumbolo. Smspun dikirim oleh Clara ke Kloter 2.
Pos Perhutani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
Jeep yang membawa ke Ranu Pane
  • 11:00 WIB, Berangkatlah kami menuju Ranu Pane. Perjalanan Tumpang-Ranupane membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Dengan jalan yang berliku-liku, dan melewati Lembah Jemplang yang termashur. Sampai disana Clara menyelesaikan perijinan pendakian, dan yang lainnya mulai makan siang dengan berbagai makanan sederhana di sebuah warung nan kecil.

Lembah Jemplang
Ranu Pane
Pos Ranu Pane



  •  13.15 WIB, Setelah semua selesai kita mulai check packingan masing-masing. Dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa terlebih dahulu agar diberi kemudahan dan keselamatan dalam trip ini. Yang tidak dilupakan adalah pemanasan kecil. Akhirnya kami melangkah perlahan menapaki areal persawahan dengan formasi Nesa di depan sebagai guide, Clara, Saya, Rifki, Wawo, dan Yudi sebagai guard. Langkah-langkah kecil ini mulai menapaki lereng Semeru perlahan-lahan. Sebentar-sebentar kami berisitirahat, untuk mengadaptasikan kaki ini yang sudah jarang berolahraga di alam bebas ( apalagi saya  :nohope: ) dan barang-barang bawaan kita yang banyak banget. Perjalanan ke Puncak Semeru dimulai dari desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km, tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak Mahameru.

Start Pendakian
Hutan
Istirahat di Shelter
Rifki
Wawo masih sempat-sempatnya BBMan (mumpung ada sinyal) :nohope:
Mahameru terlihat gagah dari Track Ranu Pane - Ranu Kumbolo

Mahameru (dari track Ranu Pane - Ranu Kumbolo)
Yudi
Clara tampak kecapekan
Mengambil napas
Detik-detik menuju Ranu Kumbolo
  •  16:55 WIB, Masih berjalan dengan ngos-ngosan. Dan lebih banyak istirahat, membuat perjalanan semakin lambat, maka daripada itu, kita memutuskan agar Clara dan Nesa berangkat ke Ranu Kumbolo dterlebih dahulu dengan secepatnya, dan tidak menunggu Saya, Rifki, Yudi, dan Wawo yang masih ngos-ngosan. Mereka berduapun setuju meski sebelumnya Clara tidak mau meninggalkan kita berempat karena 1 tim, dan setelah kita kasih pengertian bahwa kita berempat tidak apa-apa ditinggal (karena kami berempat yang belum tahu track ke Ranu Kumbolo cuman Wawo). Akhirnya, mereka berduapun meninggalkan kami berempat dengan cepat dan kami berempatpun mulai berjalan dengan santai sambil mengatur nafas dengan formasi Saya didepan, Rifki, Wawo, dan Yudi sebagai guard.
  • 18:00 WIB, Malam pun datang, dan kita berempat saling menyiapkan headlamp masing-masing karena jalan sudah susah untuk dilihat. Beberapa kali Rifki hampir terjatuh dikarenakan mungkin tubuh yang sudah lelah, jalur yang tidak kelihatan, dan udarapun semakin dingin. Itu pun memaksaku rada memperlambat tempo kaki dan sesekali menengok dibelakang bagaimana keadaan teman-teman. Sesekali kita rada terpisah jauh, akan tetapi saya dan Rifki mencoba untuk menunggu Wawo dan Yudi.
  • 19:00 WIB, Akhirnya kita berempat sampai di Ranu Kumbolo. Ramai sekali terlihat cahaya-cahaya dari beberapa tenda yang mendahului kami. Akhirnya kita berempat menemukan tenda dari Clara dan Nesa yang sudah dari jam 17:30 sampai ke Ranu Kumbolo. Dengan udara yang semakin dingin, kami berempatpun secepatnya membangun tenda masing-masing. Saya dengan Rifki, dan Wawo dengan Yudi. Sementara Nesa 1 tenda dengan Clara. Setelah semua makan dan peralatan makan dibersihkan, tidurlah kita dalam dinginnya Ranu Kumbolo

Bersiap untuk tidur dalam dinginnya Ranu Kumbolo

Rabu, 14 September 2010
  • 05:00 WIB, Dinginnya Ranu Kumbolo memaksaku bangun lebih awal dari teman-teman. Saat itu saya keluar tenda, dan memandang sekeliling dari Ranu Kumbolo. Hanya beberapa kata terucap tak sempurna dikarenakan suhu yang teramat dingin, " Ya Allah, Subhanallah ciptaanmu masih indah tak berubah dari 2006 dulu ". Kemudian perlahan teman-teman bangun satu per satu, sebagian dari kami termasuk saya langsung mengambil kamera dan tak mau melewatkan sunrise di Ranu Kumbolo yang melegenda. Yang masih cantik semenjak terakhir kali saya kesana. Inilah surga Mahameru sebenarnya!!. Disini sang bunga abadi Edelweiss (Leontopodium alpinum) bisa ditemukan. Bunga ini berwarna putih-abu-kehijauan. Mereka tumbuh membentuk rimbunan kecil di permukanan tanah. Ketika dipetik dan disimpan di tempat kering dan temperatur ruangan, bunga ini tidak akan berubah warna seolah-olah ia tetap hidup dan abadi. Inilah keistimewaannya sehingga ia sering menjadi lambang kecintaan seorang remaja pria terdadap kekasihnya. Hal ini jugalah yang memancing para pendaki untuk memetik dan membawanya pulang. Bunga Edelweiss dikelompokkan sebagai tanaman yang dilindungi oleh pemerintah, karena itulah setiap pendaki diperingatkan kembali untuk tidak memetik bunga ini. Bagi siap yang melanggar ketentuan ini akan dihukum dan didenda. Di Ranu Kumbolo juga terdapat beberapa batu nisan dari para pendaki yang meregang nyawa di Mahameru, salah satunya adalah  Andhika Listiono Putra, mahasiswa UGM asal Mojokerto yang ditemukan tewas di jurang Blank 75 yang terkenal memakan banyak korban. Juga terdapat satu batu lingga peninggalan jaman Majapahit yang sering digunakan penduduk setempat untuk ritual khusus.
Sunrise
Sunrise 2
Sunrise 3
2400 mdpl

Olahraga dulu



Nisan Andhika (FISIP UGM)
Edelweiss
    Nisan Pendaki 2
    Nisan Pendaki 3
    Batu Lingga Peninggalan Majapahit untuk Pemujaan






  • 07:00 WIB, Setelah puas motret keindahan alam, secepatnya kami makan dan membongkar tenda. Menu pagi ini sup merah, kering tempe, dan srondeng (tukang masaknya tante Clara). Dalam benak kami, pikiran melayang ke rombongan kedua yang dari Jakarta dan Cirebon.  Tidak ada kabar apapun, kamanakah mereka???. Setelah meeting sesaat, kami putuskan untuk menunggu mereka di Kalimati dan menitipkan pesan kepada pendaki yang mau turun ke Ranu Pane.
OANC Team kloter 031
Breakfast
  • 08:30 WIB, kami ber-6 sudah ready. Sebelumnya kami selalu berdoa memohon kepadaNya. agar pulang dengan selamat. Awal perjalanan kita langsung disuguhi Tanjakan Cinta, dengan formasi awal, Nesa, Clara, Saya, Rifki, Wawo, Yudi. Konon jika pendaki dapat berjalan mendaki tanjakan ini tanpa henti dan tanpa menoleh kebelakang sambil memikirkan yang dicintainya, maka konon kabarnya cintanya akan selalu abadi. Setelah ngos-ngosan dengan kemiringan hampir 90 derajat, akhirnya sampai juga di atas bukit Tanjakan Cinta. Disana kita istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan Ranu Kumbolo dari Bukit Tanjakan Cinta (tidak lupa foto-foto dulu, hueheueh).
Packing
Tanjakan Cinta





Ngos-Ngosan (ampun dah)
Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta
Istirahat dulu
          Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Di depan bukit Tanjakan Cinta terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan Oro-Oro Ombo. Oro-oro Ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Sambil tak lupa mengabadikan Oro-Oro Ombo, kita melanjutkan ke Cemoro Kandang. Yupz, hutan ini yang pada tahun 2006 membuat saya pontang panting karena jalurnya lumayan membuat bingung. Istirahat sejenak, kemudian dilanjutkan tracking ke Blok Jambangan. Tidak sedikit kami berpapasan dengan pendaki yang turun maupun yang sama-sama naik. Siang hari kami beristirahat sejenak memakan bekal siang untuk mengganjal perut ini di Blok Jambangan sambil menunggu Om Wawo dan Yudi. Mulailah Clara mengeluarkan Kurma dan Sari Nata de Coco sebagai makan siang. Sementara saya lebih memilih Gula Jawa, dikarenakan saya tidak merasa lapar akan tetapi merasa haus. Sedikit tenaga lagi untuk mencapai Kalimati. Akhirnya dengan terengah-engah Om Wawo dan Yudi sampai juga di Blok Jambangan. Setelah semua siap melangkah, karier satu per satu terpasang di pundak masing-masing.

Oro-oro Ombo 1
Oro-oro Ombo 2
Oro-oro ombo 3
Diantara padang ilalang
Bunga apaan yak ini??
Diperbesar
Purple day on Oro-oro Ombo :=)
Cemoro Kandang
Blok Jambangan
Bercengkerama sembari melepas lelah di Blok Jambangan
Melepas Lelah
Yudi dan Clara
Detik-detik menuju Kalimati
Tikungan Terakhir
  • 15:00 WIB, Sampailah kami di Kalimati. Berbagai tenda-tenda berwarna-warni menghiasi tanah yang mempunyai kontur berpasir ini diantara ladang edelweisnya. Akhirnya kami memilih tempat untuk bermalam.  Saya, Om Wawo, dan Clara mulai memasang tenda masing-masing. Dan ketiga orang yang lainnya mengisi air di Sumber Mani ( 30 menit PP ). Tenda selesai dibangun dan ketiga orang sudah kembali dengan berliter-liter air di pundaknya. Kami segera memasak, dan mulai berharap-harap cemas dengan rombongan kedua. Mengingat hari menjelang malam dan mereka ber-6 belum datang juga. Sembari menunggu mereka, obrolan ringan dengan secangkir kopi capuccino dan alunan musik Mahameru (Dewa 19)  dari Hape Yudi kami bercanda.
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`
Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Reff :
Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering

Mahameru sadarkan angkuhnya manusia

Puncak abadi para dewa....................(Dewa 19 - Mahameru)

Akhirnya, Kalimati
Diantara ladang Edelweiss
Kalimati, 2700 mdpl








Edelweiss
  • 17:30 WIB, Rombongan kedua muncul dengan kedatangan tiga orang yaitu Nanoenk, Fajar, dan Angga. Dan berikutnya mulai disusul Anduk, Awal, dan Angan. Akhirnya, lengkap sudah personil kami. Disini planning Tim mulai berubah, yang rencana kami akan muncak malam ini, akan tetapi diundur besok malam melihat fisik dari rombongan Jakarta yang sudah pasti teramat lelah. Setelah berpikir sejenak dan sharing dengan Rifki, akhirnya saya dan Rifki memutuskan tetap muncak dini hari ini dikarenakan ada beberapa keperluan di kampung halaman yang menyebabkan kami berdua harus sampai Malang minimal pada hari Sabtu pagi. 
Pos Shelter Kalimati
Fajar
Anduk
Angga
Angan
Awal
Nanunk
  • 23:30 WIB, Alarm hape saya berbunyi, dan segera saya membangunkan Rifki untuk bersiap diri. Saya keluar melihat sekeliling Kalimati, gelap. Ternyata anak-anak SMU 4 Jogja  dan rombongan dari anak-anak dari Jakarta , salah satunya bernama Otoy yang mempunyai tenda disamping tenda kami juga ikut bergabung dengan kami berdua. Saya pun repack apa-apa saja yang memungkinkan untuk dibawa keatas, seperti, roti, air minum, kamera, dll. Rifki pun juga. Ternyata, teman-teman OANC ada yang terbangun, saya pun mencoba meminjam beberapa peralatan yang tidak sempat saya bawa dari rumah, seperti Sepatu (milik Yudi), Tas daypack (milik Clara), Headlamp cadangan (milik Wawo), dan Tracking Pole (milik nesa dan clara).
  • 00:00 WIB, Saat ini tim yang akan naik malam ini berjumlah 8 orang, setelah meeting sejenak, saya memimpin untuk berdoa (karena saya yang paling tua :hammer:). Saya bergumam lirih dalam doa, "Ya Allah, bimbing saya agar tidak lupa jalurnya, bimbing teman-teman saya ya Tuhan". Setelah berdoa saya tanyakan, ada yang belum pernah kesini dari mereka bertujuh?(Rifki juga baru pertama kali ini muncak). Mereka menjawab, "Kita belum pernah kesini sama sekali, mas..Ini yang pertama kalinya". Mereka pun bertanya balik ke saya apakah saya sudah pernah kesini apa belum, saya jawab belum pernah (saya berbohong meskipun saya pernah kesini tahun 2006 dulu, tapi saya masih ragu jalurnya/lupa-lupa ingat, maafkan saya). Akhirnya saya bilang ke mereka, kita jalan saja. Akhirnya kita berangkat untuk naik ke Arcopodo. Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Pendaki harus sedikit waspada karena biasanya kita akan berjalan pagi-pagi buta sehingga rawan tersesat di  persimpangan setelah padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 2 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Pendaki akan melewati tanjakan yang sangat terjal dan cukup menguras stamina, di apit jurang di kanan- kiri jalan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900mdpl, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Arcopo, y Arcopodo, disini sebuah misteri tentang arca kembar yang terdapat di daerah Arcopodo ( 1km sebelum puncak Mahameru ). Arca kembar itu adalah peninggalan jaman Majapahit, dulunya sebagai tempat pemujaan. Menurut berbagai cerita, arca kembar itu telah hilang. Ada juga yang bilang bahwa tidak sembarangan orang bisa melihat arca itu.
Kamis, 15 September 2010
  • 01:00 WIB, kamipun sudah sampai di perbatasan vegetasi, (Alhamdulillah aku masih ingat jalur ini) kamipun mulai mendaki pelan-pelan. Dikarenakan saya berjalan cukup lambat, akhirnya saya tertinggal dengan tim bahkan oleh Rifki ( saya berpikir, kenapa tidak ada yang solider menunggu temannya yang tertinggal, mungkin banyak pendaki yang hilang atau tersesat karena tidak ada solidaritas antara 1 tim, bukankah kita kesini mempunyai niat yang suci, whateverlah). 
  • 02:00 WIB, saya masih terseok-seok, naik satu langkah, turun setengah langkah, dengan berat badan tidak sama seperti waktu 2006 dulu, sempat berpikir untuk tidak melanjutkan keatas karena dingin mulai merajuk disela-sela tulang ini, akan tetapi dicegah oleh Otoy. Yupz, Otoy, Untung saya ditemani oleh Otoy (salah satu teman yang tersisa dari tim yang kocar kacir). Sambil mendaki, kita berdua mengobrol ngalor ngidul, dari urusan kecil sampai pribadi...heuehuehue..Suatu waktu saya tanyakan 1 hal dan dijawab sangad bijak oleh Otoy, "Toy, kenapa kamu tidak langsung ke puncak saja?kenapa masih disini menunggu saya yang berjalan lambat?". Dia pun menjawab, "Kita dari awal sama-sama, mas, kita ke puncak pun sama-sama". Aku pun terharu. Kata-katanya seperti pernah diucapkan Clara dan Yudi, ketika saya terasa memperlambat mereka. Sungguh indah pertemanan ini. Ternyata masih ada teman seperti mereka. 
  • 03:00 WIB, Angin mulai kencang, banyak juga pendaki yang tidak bisa menyelesaikan perjalanan mereka an turun satu demi satu, saya pun berpikir sejenak, dan mulai memutuskan untuk menyuruh Otoy untuk meninggalkan saya,
              Saya:  "Toy, mending kamu ke puncak dulu,kamu duluan saja"
              Otoy:  "Kita sama-sama, mas..
              Saya:  "Tidakkk, kamu harus kesana duluan, karena kamu sudah jauh-jauh datang kesini, dari Jakarta, aku disini memperlambat kamu. Kalaupun aku tidak mampu, aku akan turun."
               Otoy: "Ok, mas...

           Setelah meminta beberapa tetes air minum, saya pun mulai merangkak sendiri. Dan membiarkan Otoy dengan cepatnya merangkak keatas.
  • 04:00 WIB, Saya masih merangkak dan saya pun istirahat  sebentar dengan berpikir, tetap berpikir, keputusan apa yang akan saya ambil dikala kelelahan dan kedinginan mengendurkan semangat saya. Sembari istirahat, saya memalingkan kesekeliling dari tempat saya duduk. Yupz, saya akhirnya menemukan Rifki yang ternyata masih dibawah saya berjarak 10m (padahal tadi dia meninggalkan saya, saya pun tidak tahu jika sudah melewatinya). Saya pun berteriak memanggil dia, dia pun melambaikan tangannya. Alhamdulillah, ternyata dia masih ada. Sebelumnya saya khawatir karena yang mengajak dia kesini adalah saya. Akhirnya kita berduapun melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi pulau Jawa tersebut. Dan tentu saja dengan Rifki dibelakang saya yang saya atur agar jarak diantara kita berdua tidak terlalu jauh.
  • 05:00 WIB, Kurang dari 600 meter dari puncak, saya berjalan dan suatu waktu saya terjebak dengan salah jalur. Waktu itu saya harusnya mengambil jalur lebih ke kanan, akan tetapi saya berjalan hingga ke kiri jalur. Saya lihat disebelah kiri, Jurang telah menganga lebar, sementara untuk ambil jalur ke kanan terganjal sebuah jalur berpasir lurus yang jika saya pikir kalau saya menginjak lapisan itu, saya akan jatuh. Untuk turunpun jadi semakin sulit, karena bagia kiri saya jurang. Bayang-bayang trauma jatuh di Madakaripura pun menyeruak di pikiran. Akhirnya saya menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan-lahan untuk menghilangkan panik dari otak saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk meloncat dari sisi kiri ke kanan, diantara lapisan rentan berpasir tersebut. Saya membuang tracking pole ke jalur diatas sebelah kanan. Kemudian saya ambil ancang-ancang, dan hoppp..Akhirnya berhasil sampai ke jalur yang sebenarnya dengan diikuti degup jantung yang berderap lebih kencang dari biasanya. Sayapun melanjutkan perjalanan dengan sesekali melihat kebelakang, melihat kondisi Rifki. Saya pun juga merasa khawatir dengan dia, karena dia mempunyai "Pen" yang masih belum dilepas waktu dia operasi akibat kecelakaan sebelumnya. Terlihat oleh saya Otoy turun tidak melanjutkan perjalanan dikarenakan salah satu temannya yang ikut rombongan kami sedari awal ternyata tidak kuat sampai puncak dan akhirnya dibopong Otoy kebawah.
  • 07:30 WIB, Setelah merangkak dan dengan keletihan yang luar biasa, akhirnya saya sampai juga ke MAHAMERU untuk kedua kalinya, Yupz, puncak abadi para dewa yang 2006 dulu pernah saya kunjungi dengan perasaan tersiksa oleh hidup. Mahameru, akhirnya saya telah menepati janji ku padamu 4 tahun yang lalu. Inilah tujuan awalQ. Dan sekarang disini saya berdiri walau hanya sesaat. Yupz, sebuah tanah tertinggi di Pulau Jawa. Terngiang sebuah lantunan nada di otakku:
           Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
           cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
          di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
           kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
          aku orang malam yg membicarakan terang
          aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang

          perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
          cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
         disini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
          kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

           aku orang malam yg membicarakan terang
           aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang
           cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
           yg takkan pernah aku tau dimana jawaban itu
          bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
          sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

          terangi dengan cinta di gelapku
          ketakutan melumpukanku
          terangi dengan cinta di sesatku
          dimana jawaban itu...............................
..(Eros dan Okta - Cahaya Bulan)

    3676 mdpl, akhirnya, setelah mengalami beberapa peristiwa yang unik sebelum sampai kesini.
    Semua terbayar dengan keindahan ciptaan Tuhan YME dari Puncak tertinggi pulau Jawa.
    Sebuah janji telah lunas terbayarkan.
    Fajar terlanjur tinggi saat sampai di puncak, beberapa letupan kawah membayar lelah
Keindahan Alam Indonesia
    Tanpa kata tanpa air mata, hanya doa dan bahagia di puncak MAHAMERU, Puncak Abadi Para Dewa
Sunrise
In memoriam Sok Hoe Gie dan Idhan Lubis
Wedus Gembel
Bromo dari puncak Mahameru
Dengan latar belakang Wedus Gembel
Arjuna tertutup awan
Lelah yang terpuaskan
       Kurasakan semacam rasa..Rasa rinduku pada seorang wanita yang selama 8 tahun menemaniku., yang aku tinggal selama 4 hari untuk kesini, yang berat melepas diriku. Teringat olehku sebuah sajak dari Soe Hok Gie:

    Akhirnya semua akan tiba
    Pada suatu hari yang biasa
    Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

   Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
   Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
   Sambil membenarkan letak leher kemejaku.

   Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
   Ketika kudekap kau
   Kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat

      Apakah kau masih akan berkata
   Kudengar derap jantungmu
   Kita begitu berbeda dalam semua
   Kecuali dalam CINTA........................ (Sok Hoe Gie - Sebuah Tanya)


   Aku menggumam lirih, "Aku sayang kamu, ma..Aku akan berusaha membuat air matamu yang selalu menetes karena keegoisanku selama ini terhapuskan selamanya, aku berjanji akan membuat kamu bahagia., dan aku akan menepati janjiku untuk pulang dengan selamat dari sini". "Satu hadiah dariku, yang tertunda selama 4 tahun, untukmu, akan kutorehkan namamu dalam pasir-pasir Mahameru, yang akan aku tunjukkan kepada anak-anak kita kelak, bahwa, perjuangan cintaku padamu kubawa sampai ke Puncak Tertinggi di Pulau Jawa dan kuharap tidak akan berhenti sampai disini".


Hadiah Untukmu, Sayang
Merenung
  •  08:30 WIB, Setelah mengambil beberapa foto dengan Wedus Gembel dan nisan Soe Hok Gie kita berdua pun turun dari puncak Mahameru dikarenakan dilarang berlama-lama di puncak, tidak boleh lebih dari jam 09:00 WIB, dikarenakan adanya asap beracun dari Kawah Jongring Saloka. Siapa Sok Hoe Gie?? Soe Hok Gie adalah orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Soe Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun dari Kawah Jongring Saloka. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.
Cemoro Tunggal sebagai penanda arah turun dari Puncak
Jalur untuk naik ke puncak
Batas Vegetasi
Nisan Pendaki di Arcopodo 1
Nisan Pendaki di Arcopodo 2
Nisan Pendaki di Arcopodo 3
    Jalur Arcopodo


    • 11:00 WIB, Saya dan Rifki sudah sampai di Kalimati kembali dan disambut oleh teman-teman OANC. Mereka memberi selamat ke kami berdua setelah kami bercerita tentang kondisi jalur dan akhirnya berhasil menjadi orang tertinggi di Jawa...heuehueu...lelucon yang lucu...Setelah makan dan bercengkerama dengan teman-teman, saya pun tertidur dengan nyenyaknya dan tidak jadi langsung turun (rencananya jam 15:00, saya dan Rifki turun ke Ranu Kumbolo) dikarenakan hujan terus membasahi Kalimati, dan kelelahan yang amat sangad membuat kami berduapun tertidur sampai besok.. :hammer:
    Mahameru dari Kalimati
    Tepar
       Jumat, 16 September 2010
      •  07:00 WIB, Pagi yang cerah setelah saya dan Rifki tertidur sangat lelap. Akhirnya kami berdua bangun dan mendapati tenda-tenda kosong milik teman-teman OANC yang sedang muncak. Akhirnya kami berdua membagi tugas, Rifki memasak, dan saya mengambil persediaan air ke Sumber Mani.

      Sumber Mani
      Mahameru basahi jiwa ini
        •  08:00 WIB, setelah makan dan berberes ria, kami pun bersiap-siap pulang sembari menunggu teman-teman OANC yang dalam perjalanan ke Kalimati dari Puncak. Setelah berpamitan dengan mereka (mereka rencana pulang besok tanggal 17 September 2010), kamipun berdua berjalan menyusuri jalan setapak.
        "5 cm" di Kalimati
        Selamat Tinggal Mahameru
        Mahameru dari Blok Jambangan
        Melihat untuk yang terakhir kalinya
          • 10:00 WIB, Kami sampai ke Ranu Kumbolo, disana kami berdua istirahat makan siang dan solat Jumat dengan beberapa pendaki yang ada di Ranu Kumbolo.
          Ranu Kumbolo
          Ranu Kumbolo
            •  12:00 WIB,  Setelah repack barang bawaan, kami berdua pun berjalan menyusuri track untuk lanjut ke Ranu Pane, dengan target sebelum gelap kita harus sampai disana. Sekitar 30 Menit kami berjalan, ternyata hujan turun dengan derasnya, yang memaksa kami berteduh ke pos-pos shelter yang kebetulan ada di jalur ini. Satu jam kami menunggu hujan reda, ternyata belum juga, akhirnya saya putuskan untuk menggunakan Raincoat dan kembali berjalan pelan-pelan diantara derasnya hujan siang itu.
              •  17:30 WIB, Akhirnya kami berduapun sampai di Pos Perijinan Ranu Pane. Setelah membereskan perijinan (wajib lapor) ke petugas, dan menyampaikan pesan dari Clara untuk petugas kalau mereka baru turun besok pagi dikarenakan masih ingin menikmati Ranu Kumbolo lebih lama, kamipun naik jeep patungan dengan pendaki-pendaki yang kebetulan juga mau ke Tumpang.
                • 19:30 WIB, Kamipun sampai ke Pasar Tumpang, setelah memberikan uang patungan jeep, saya membuka hape saya yang waktu itu saya matikan. Ternyata, banyak banget sms yang masuk, dan itu dari Pacar saya, yang sangat khawatir, karena saya tidak mengabari. Akhirnya saya mencoba menelpon dia, dan mengabari kalau saya sudah sampai dengan selamat di Malang dan rencana besok pagi baru pulang. Kemudian kamipun berdua naik angkot yang mengantarkan tubuh lelah ini ke terinal Arjosari. Disini, saya dan Rifki berpisah, dia memutuskan akan pulang malam ini juga ke Surabaya, sedangkan saya masih mau istirahat ditempat Agung dan baru besoknya saya pulang ke rumah.
                Mahameru… banyak hikmah yang saya dapatkan darimu yang gagah.
                Sebuah nilai persahabatan.. sebuah nilai kepedulian.. sebuah nilai kerjasama.. sebuah nilai tentang menghargai hidup..

                         Membakar sudut jiwa ini dengan sisa asa
                         meski mentari masih terlelap berselimut kabut
                         Keangkuhanku mengantar tubuh menjejak peraduanmu
                         Lupakan saja tangisan...
                         Sebab saat ini aku tak punya waktu untuk manjakan rintihan
                         Kuharap serapahku tak letih mengecap langkah

                        Tak usai perjalanan tergapai cahaya
                        Kegagahanmu selalu kerdilkan tatapanku
                        Aku tergugu...
                        Tak habisnya kekaguman ini menumpah
                        Terhapus sudah jejak - jejak kesombongan
                        Di puncak Mahameru keangkuhanku terbunuh letupan debu mu...

                Aku Cinta Indonesia ( Mahameru - 3.676 mdpl)









                Special Thanx to:
                1. Tuhan YME
                2. Kedua Orang Tua
                3. Istri tercinta, Khumrotul Anis
                4. OANC Team (Angan, Nesa, Clara, Awal, Nanunk, Wawo, Yudi, Anduk, Angga, Fajar)
                5. Derilivita Nindra & Felly Indah Pratiwi.
                6. Eiger, Do-Rent, dan INDONESIA