14-16 September 2010
*diambil dari sebuah novel "5 cm" karya Donny Dirganthoro,
"Mahameru itu Bukan Cuma Perjalanan Alam, tapi Perjalanan Sebuah Hati"
Sebuah cerita yang berawal dari keinginan untuk menapak tilas perjalanan "sakit hati" pada tahun 2006 dulu. Kenapa saya sebut perjalanan "sakit hati"? dikarenakan pada tahun 2006, semua pemikiran hidupku berubah karena beberapa kejadian yang sangat menusuk hati ini, yang membuat saya frustasi dengan HIDUP, frustasi dengan TUHAN, dan frustasi dengan CINTA. Tapi, Mahameru mengubah itu semua. Dan seikat janji pada tahun 2006 dulu saya ikrarkan bahwa saya akan pasti kembali lagi kesana, saya harus menepatinya.
Cerita ini dimulai dari perkenalanku dengan Komunitas OANC (Outdoor Adventure and Nature Club), setelah menjadi member disana dan berlagak tidak tahu apa-apa atau dalam arti kata "masih newbie", saya berkenalan dengan seorang member cewek bernama Clara yang juga ternyata ingin merasakan puncak Mahameru tetapi masih tidak tahu kapan dan sama siapa saja kesananya. Setelah bertukar FB dan No. hape, saya menunggu konfirmasinya dan tidak lupa memberitahukan ke dia kalau saya hanya bisa mendaki pada 10 hari setelah Lebaran dan 10 hari setelah Natal dikarenakan masa libur dari perusahaan.
Setelah menunggu lebih dari 1 bulan, akhirnya saya dikirimin itenary (planning) lewat jejaring sosial, Facebook. Dan disepakati jika akan mendaki pada tanggal 14-18 September 2010 (setelah Lebaran H+3). Dan personil yang akan ikut berjumlah 12 orang, yaitu:
Kelompok 1 =====> peralatan lengkap
1. clara (sby)
2. nesa (sby) --> tenda isi 2, trangia
3. om wawo (jkt) --> tenda isi 2, trangia, gasmate
4. saya (pandaan)
5. rifki (sby) ---tenda isi 4 (adik kosan waktu jaman kuliah)
6. yudi (sby)
Kelompok 2 ====> peralatan lengkap
1. awaludin jamil (jkt)
2. agus asmara dwi putra (jkt)
3. angga putra (bdg)
4. angan pratama (bdg)
5. sentot budi (bdg)
6. fajar (cirebon)
Setelah mendapatkan konfirmasi tentang pemberangkatannya, kemudian saya melakukan beberapa hal guna menyiapkan "journey" ini. Pertama, meminta ijin kepada kedua orang tua. Waktu itu saya bilang ke kedua orang tua kalau ingin "trip" bersama dengan teman-teman perusahaan dengan lokasi antara Bromo - Banyuwangi. Setelah berdebat cukup alot, akhirnya keinginan saya disetujui, dengan kalimat terakhir, "Jangan naik gunung lagi lo y, dek..Sudah cukup kegiatanmu seperti itu, dari SMA sampai kuliah, sekarang sudah tua, waktunya memikirkan masa depan...hati-hati besok". Waktu itu saya merasa bersalah banget dengan ketidakjujuran saya, akan tetapi hasrat dan janji untuk menapak tilas lebih menggebu. Dan ketika menjelang tidur, hanya gumaman lirih dari mulut saya, "Maafkan adek, Ibu Ayah, tapi adek harus menepati janji adek 4 tahun yang lalu."
Orang tua sudah beres, langkah selanjutnya adalah memberitahukan keinginan trip ini ke pacar tercinta jika saya berencana ke Mahameru setelah lebaran. Semula dia tidak mengijinkan karena masih trauma. Dikarenakan sebelum ini, masih dalam jarak 2 bulan yang lalu, saya mengalami nasib nahas hampir mati jatuh 4 meter ke jurang, waktu tracking di Air Terjun Madakaripura (Probolinggo - Jawa Timur). Akan tetapi setelah saya kasih pengertian, bahwa saya harus menepati janji 4 tahun yang lalu, dia akhirnya mengijinkan meskipun dengan berat hati.
13 September 2010
- 12:00 WIB, mulai berangkat dari Gresik untuk menjemput adik kos saya, Rifki yang rumahnya ada di Surabaya. Setelah membantu dia packing, akhirnya kita berangkat ke kontrakan saya yang ada di Pandaan. Di perjalanan, secara tidak sengaja, saya papasan dengan sahabat karib saya, Agung a.ka Havero Um Futuro (rencananya saya malam ini menginap di kontrakan dia di Malang), setelah sempat bareng dari Sidoarjo - Pandaan, akhirnya kita mulai berpisah dengan Agung.
- 18:00 WIB, akhirnya sampai juga di kontrakan di Pandaan, saya mulai mengepack barang-barang yang dibutuhkan pada waktu "journey" besok, yaitu Carrier 45 ltr, matras, surat keterangan dokter, jaket Teknik Industri (minjem dari salah satu adik junior saya, Derilivita Nindra), jaket windproff, sleeping bag + headlamp (minjem dari Toko Outdoor di Malang), senter kecil 2 buah, obat-obatan, sandal gunung, sandal jepit, jas hujan, kamera (minjem dari pacar), fotokopi ID, oksigen 2 botol
- 19:00 WIB, kita berdua segera merapat ke Malang. Setelah sampai di Malang, saya segera bergabung dengan teman-teman lama untuk sekadar bernostalgia. Sambil mengobrol ngalor ngidul tentang rencana saya dan rifki buat nanjak ke Mahameru besok, anak-anak sangat menyangsikan dikarenakan kondisi Mahameru yang rawan waktu itu, saya uman bisa merenung diam, "Apakah trip kali ini sukses seperti tahun 2006 dulu?", "Apakah teman-teman baruku dalam tim tidak seenaknya sendiri, dalam arti tidak sering meninggalkan teman sesama 1 timnya??", "Apakah saya berhasil sampai ke puncak dalam kondisi Semeru saat itu??". Semua berkecamuk jadi satu, sambil terus menunggu balesan sms yang tak kunjung datang tentang kondisi track disana (sebelumnya teman saya ada yang sudah berangkat terlebih dahulu pada tanggal 09 Sepetember 2010). Hanya ada smsan balesan dari Clara tentang kordinasi besok.
- 00:00 WIB, semua sudah tertidur Agung dan Rifki, hanya saya yang masih terjaga dan masih memikirkan soal trip ini. Dan akhirnya saya tidur dalam subuh.
Selasa, 14 September 2010
- 06:00 WIB, saya dan rifki sudah merepack ulang barang bawaan kita masing-masing. Kemudian kita menghadang angkot untuk ke Terminal Arjosari (sebelumnya kita diantar oleh Agung untuk samapi di halte, Agung akhirnya tidak bisa ikut dikarenakan masih berkutat dengan Skripsinya). Dengan angkot @ 6.000,- kita berdua akhirnya melaju ke terminal Arjosari untuk ketemuan dengan anggota tim yang lain.
- 07.15 WIB, Disini kami bertemu dengan 4 orang lagi dari kloter 031, om Wawo, om Nesa, Om Yudi, dan Tante Clara. Meeting point di depan pintu keluar bus, satu persatu mereka bermunculan disana. Rombongan pertama lengkap, Saya, Nesa, Yudi, Om Wawo, Clara dan Rifki. Akhirnya ketemu juga angkot Arjosari-Tumpang. Begitu sampai Tumpang sebagian dari kami, melengkapi logistic dan fotokopi ID untuk keperluan simaksi. Disana, bertemu dengan 3 pendaki dari Bandung yang sama-sama mau nanjak ke Semeru. Akhirnya barenglah kita dengan 3 orang itu yang kami sebut rombongan ‘Mas Norman’.
- 09:00 WIB, Angkot putih itu berhenti di depan Pos Perhutani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Carier satu persatu keluar dari tubuh angkot, dan setelah menyelesaikan pembayaran, maka kami pun segera menyelesaikan simaksi untuk pendakian ke Tanah tertinggi di Jawa tersebut. Kemudian Carier-Carier kami berpindah ke atas tubuh jeep yang sebelumnya sudah kami pesan (FYI jeep tumpang-ranupane PP 750.000). Untuk mengurus administrasi, kami serahkan ke Clara dan Wawo dengan modal fotokopi KTP rangkap 2 dan fotokopi surat keterangan sehat rangkap 2 juga uang 7000/orang, simaksi pun keluar. Simaksi pun keluar untuk 12 orang. Sementara mereka berdua mengurus simaksi, sisanya duduk-duduk santai diluar, kadang-kadang juga mengambil foto. Berhubung rombongan kedua masih belum datang, kami ber-6 mendahului mereka dan berniat untuk menunggu di Ranu Kumbolo. Smspun dikirim oleh Clara ke Kloter 2.
 |
Pos Perhutani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) |
 |
Jeep yang membawa ke Ranu Pane |
- 11:00 WIB, Berangkatlah kami menuju Ranu Pane. Perjalanan Tumpang-Ranupane membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Dengan jalan yang berliku-liku, dan melewati Lembah Jemplang yang termashur. Sampai disana Clara menyelesaikan perijinan pendakian, dan yang lainnya mulai makan siang dengan berbagai makanan sederhana di sebuah warung nan kecil.
 |
Lembah Jemplang |
 |
Ranu Pane |
 |
Pos Ranu Pane | | |
|
|
|
|
- 13.15 WIB, Setelah semua selesai kita mulai check packingan masing-masing. Dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa terlebih dahulu agar diberi kemudahan dan keselamatan dalam trip ini. Yang tidak dilupakan adalah pemanasan kecil. Akhirnya kami melangkah perlahan menapaki areal persawahan dengan formasi Nesa di depan sebagai guide, Clara, Saya, Rifki, Wawo, dan Yudi sebagai guard. Langkah-langkah kecil ini mulai menapaki lereng Semeru perlahan-lahan. Sebentar-sebentar kami berisitirahat, untuk mengadaptasikan kaki ini yang sudah jarang berolahraga di alam bebas ( apalagi saya :nohope: ) dan barang-barang bawaan kita yang banyak banget. Perjalanan ke Puncak Semeru dimulai dari desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km, tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak Mahameru.
 |
Start Pendakian |
 |
Hutan |
 |
Istirahat di Shelter |
 |
Rifki |
 |
Wawo masih sempat-sempatnya BBMan (mumpung ada sinyal) :nohope: |
|
Mahameru terlihat gagah dari Track Ranu Pane - Ranu Kumbolo |
|
|
 |
Mahameru (dari track Ranu Pane - Ranu Kumbolo) |
 |
Yudi |
 |
Clara tampak kecapekan |
 |
Mengambil napas |
 |
Detik-detik menuju Ranu Kumbolo |
- 16:55 WIB, Masih berjalan dengan ngos-ngosan. Dan lebih banyak istirahat, membuat perjalanan semakin lambat, maka daripada itu, kita memutuskan agar Clara dan Nesa berangkat ke Ranu Kumbolo dterlebih dahulu dengan secepatnya, dan tidak menunggu Saya, Rifki, Yudi, dan Wawo yang masih ngos-ngosan. Mereka berduapun setuju meski sebelumnya Clara tidak mau meninggalkan kita berempat karena 1 tim, dan setelah kita kasih pengertian bahwa kita berempat tidak apa-apa ditinggal (karena kami berempat yang belum tahu track ke Ranu Kumbolo cuman Wawo). Akhirnya, mereka berduapun meninggalkan kami berempat dengan cepat dan kami berempatpun mulai berjalan dengan santai sambil mengatur nafas dengan formasi Saya didepan, Rifki, Wawo, dan Yudi sebagai guard.
- 18:00 WIB, Malam pun datang, dan kita berempat saling menyiapkan headlamp masing-masing karena jalan sudah susah untuk dilihat. Beberapa kali Rifki hampir terjatuh dikarenakan mungkin tubuh yang sudah lelah, jalur yang tidak kelihatan, dan udarapun semakin dingin. Itu pun memaksaku rada memperlambat tempo kaki dan sesekali menengok dibelakang bagaimana keadaan teman-teman. Sesekali kita rada terpisah jauh, akan tetapi saya dan Rifki mencoba untuk menunggu Wawo dan Yudi.
- 19:00 WIB, Akhirnya kita berempat sampai di Ranu Kumbolo. Ramai sekali terlihat cahaya-cahaya dari beberapa tenda yang mendahului kami. Akhirnya kita berempat menemukan tenda dari Clara dan Nesa yang sudah dari jam 17:30 sampai ke Ranu Kumbolo. Dengan udara yang semakin dingin, kami berempatpun secepatnya membangun tenda masing-masing. Saya dengan Rifki, dan Wawo dengan Yudi. Sementara Nesa 1 tenda dengan Clara. Setelah semua makan dan peralatan makan dibersihkan, tidurlah kita dalam dinginnya Ranu Kumbolo
 |
Bersiap untuk tidur dalam dinginnya Ranu Kumbolo |
Rabu, 14 September 2010
- 05:00 WIB, Dinginnya Ranu Kumbolo memaksaku bangun lebih awal dari teman-teman. Saat itu saya keluar tenda, dan memandang sekeliling dari Ranu Kumbolo. Hanya beberapa kata terucap tak sempurna dikarenakan suhu yang teramat dingin, " Ya Allah, Subhanallah ciptaanmu masih indah tak berubah dari 2006 dulu ". Kemudian perlahan teman-teman bangun satu per satu, sebagian dari kami termasuk saya langsung mengambil kamera dan tak mau melewatkan sunrise di Ranu Kumbolo yang melegenda. Yang masih cantik semenjak terakhir kali saya kesana. Inilah surga Mahameru sebenarnya!!. Disini sang bunga abadi Edelweiss (Leontopodium alpinum) bisa ditemukan. Bunga ini berwarna putih-abu-kehijauan. Mereka tumbuh membentuk rimbunan kecil di permukanan tanah. Ketika dipetik dan disimpan di tempat kering dan temperatur ruangan, bunga ini tidak akan berubah warna seolah-olah ia tetap hidup dan abadi. Inilah keistimewaannya sehingga ia sering menjadi lambang kecintaan seorang remaja pria terdadap kekasihnya. Hal ini jugalah yang memancing para pendaki untuk memetik dan membawanya pulang. Bunga Edelweiss dikelompokkan sebagai tanaman yang dilindungi oleh pemerintah, karena itulah setiap pendaki diperingatkan kembali untuk tidak memetik bunga ini. Bagi siap yang melanggar ketentuan ini akan dihukum dan didenda. Di Ranu Kumbolo juga terdapat beberapa batu nisan dari para pendaki yang meregang nyawa di Mahameru, salah satunya adalah Andhika Listiono Putra, mahasiswa UGM asal Mojokerto yang ditemukan tewas di jurang Blank 75 yang terkenal memakan banyak korban. Juga terdapat satu batu lingga peninggalan jaman Majapahit yang sering digunakan penduduk setempat untuk ritual khusus.
 |
Sunrise |
 |
Sunrise 2 |
 |
Sunrise 3 |
 |
2400 mdpl |
 |
Olahraga dulu |
|
|
|
|
 |
Nisan Andhika (FISIP UGM) |
 |
Edelweiss |
 |
Nisan Pendaki 2 |
 |
Nisan Pendaki 3 |
|
Batu Lingga Peninggalan Majapahit untuk Pemujaan |
|
|
|
|
|
|
|
- 07:00 WIB, Setelah puas motret keindahan alam, secepatnya kami makan dan membongkar tenda. Menu pagi ini sup merah, kering tempe, dan srondeng (tukang masaknya tante Clara). Dalam benak kami, pikiran melayang ke rombongan kedua yang dari Jakarta dan Cirebon. Tidak ada kabar apapun, kamanakah mereka???. Setelah meeting sesaat, kami putuskan untuk menunggu mereka di Kalimati dan menitipkan pesan kepada pendaki yang mau turun ke Ranu Pane.
 |
OANC Team kloter 031 |
 |
Breakfast |
- 08:30 WIB, kami ber-6 sudah ready. Sebelumnya kami selalu berdoa memohon kepadaNya. agar pulang dengan selamat. Awal perjalanan kita langsung disuguhi Tanjakan Cinta, dengan formasi awal, Nesa, Clara, Saya, Rifki, Wawo, Yudi. Konon jika pendaki dapat berjalan mendaki tanjakan ini tanpa henti dan tanpa menoleh kebelakang sambil memikirkan yang dicintainya, maka konon kabarnya cintanya akan selalu abadi. Setelah ngos-ngosan dengan kemiringan hampir 90 derajat, akhirnya sampai juga di atas bukit Tanjakan Cinta. Disana kita istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan Ranu Kumbolo dari Bukit Tanjakan Cinta (tidak lupa foto-foto dulu, hueheueh).
 |
Packing |
 |
Tanjakan Cinta |
|
|
|
|
|
|
 |
Ngos-Ngosan (ampun dah) |
 |
Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta |
|
Istirahat dulu |
Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Di depan bukit
Tanjakan Cinta terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan
Oro-Oro Ombo. Oro-oro Ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Sambil tak lupa mengabadikan
Oro-Oro Ombo, kita melanjutkan ke
Cemoro Kandang. Yupz, hutan ini yang pada tahun 2006 membuat saya pontang panting karena jalurnya lumayan membuat bingung. Istirahat sejenak, kemudian dilanjutkan tracking ke
Blok Jambangan. Tidak sedikit kami berpapasan dengan pendaki yang turun maupun yang sama-sama naik. Siang hari kami beristirahat sejenak memakan bekal siang untuk mengganjal perut ini di Blok Jambangan sambil menunggu Om Wawo dan Yudi. Mulailah Clara mengeluarkan Kurma dan Sari Nata de Coco sebagai makan siang. Sementara saya lebih memilih Gula Jawa, dikarenakan saya tidak merasa lapar akan tetapi merasa haus. Sedikit tenaga lagi untuk mencapai Kalimati. Akhirnya dengan terengah-engah Om Wawo dan Yudi sampai juga di
Blok Jambangan. Setelah semua siap melangkah, karier satu per satu terpasang di pundak masing-masing.
 |
Oro-oro Ombo 1 |
 |
Oro-oro Ombo 2 |
 |
Oro-oro ombo 3 |
 |
Diantara padang ilalang |
 |
Bunga apaan yak ini?? |
 |
Diperbesar |
 |
Purple day on Oro-oro Ombo :=) |
 |
Cemoro Kandang |
 |
Blok Jambangan |
 |
Bercengkerama sembari melepas lelah di Blok Jambangan |
 |
Melepas Lelah |
 |
Yudi dan Clara |
 |
Detik-detik menuju Kalimati |
 |
Tikungan Terakhir |
- 15:00 WIB, Sampailah kami di Kalimati. Berbagai tenda-tenda berwarna-warni menghiasi tanah yang mempunyai kontur berpasir ini diantara ladang edelweisnya. Akhirnya kami memilih tempat untuk bermalam. Saya, Om Wawo, dan Clara mulai memasang tenda masing-masing. Dan ketiga orang yang lainnya mengisi air di Sumber Mani ( 30 menit PP ). Tenda selesai dibangun dan ketiga orang sudah kembali dengan berliter-liter air di pundaknya. Kami segera memasak, dan mulai berharap-harap cemas dengan rombongan kedua. Mengingat hari menjelang malam dan mereka ber-6 belum datang juga. Sembari menunggu mereka, obrolan ringan dengan secangkir kopi capuccino dan alunan musik Mahameru (Dewa 19) dari Hape Yudi kami bercanda.
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`
Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Reff :
Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa
Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa....................(Dewa 19 - Mahameru)
 |
Akhirnya, Kalimati |
 |
Diantara ladang Edelweiss |
 |
Kalimati, 2700 mdpl |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
 |
Edelweiss |
- 17:30 WIB, Rombongan kedua muncul dengan kedatangan tiga orang yaitu Nanoenk, Fajar, dan Angga. Dan berikutnya mulai disusul Anduk, Awal, dan Angan. Akhirnya, lengkap sudah personil kami. Disini planning Tim mulai berubah, yang rencana kami akan muncak malam ini, akan tetapi diundur besok malam melihat fisik dari rombongan Jakarta yang sudah pasti teramat lelah. Setelah berpikir sejenak dan sharing dengan Rifki, akhirnya saya dan Rifki memutuskan tetap muncak dini hari ini dikarenakan ada beberapa keperluan di kampung halaman yang menyebabkan kami berdua harus sampai Malang minimal pada hari Sabtu pagi.
 |
Pos Shelter Kalimati |
 |
Fajar |
 |
Anduk |
 |
Angga |
 |
Angan |
 |
Awal |
 |
Nanunk |
- 23:30 WIB, Alarm hape saya berbunyi, dan segera saya membangunkan Rifki untuk bersiap diri. Saya keluar melihat sekeliling Kalimati, gelap. Ternyata anak-anak SMU 4 Jogja dan rombongan dari anak-anak dari Jakarta , salah satunya bernama Otoy yang mempunyai tenda disamping tenda kami juga ikut bergabung dengan kami berdua. Saya pun repack apa-apa saja yang memungkinkan untuk dibawa keatas, seperti, roti, air minum, kamera, dll. Rifki pun juga. Ternyata, teman-teman OANC ada yang terbangun, saya pun mencoba meminjam beberapa peralatan yang tidak sempat saya bawa dari rumah, seperti Sepatu (milik Yudi), Tas daypack (milik Clara), Headlamp cadangan (milik Wawo), dan Tracking Pole (milik nesa dan clara).
- 00:00 WIB, Saat ini tim yang akan naik malam ini berjumlah 8 orang, setelah meeting sejenak, saya memimpin untuk berdoa (karena saya yang paling tua :hammer:). Saya bergumam lirih dalam doa, "Ya Allah, bimbing saya agar tidak lupa jalurnya, bimbing teman-teman saya ya Tuhan". Setelah berdoa saya tanyakan, ada yang belum pernah kesini dari mereka bertujuh?(Rifki juga baru pertama kali ini muncak). Mereka menjawab, "Kita belum pernah kesini sama sekali, mas..Ini yang pertama kalinya". Mereka pun bertanya balik ke saya apakah saya sudah pernah kesini apa belum, saya jawab belum pernah (saya berbohong meskipun saya pernah kesini tahun 2006 dulu, tapi saya masih ragu jalurnya/lupa-lupa ingat, maafkan saya). Akhirnya saya bilang ke mereka, kita jalan saja. Akhirnya kita berangkat untuk naik ke Arcopodo. Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Pendaki harus sedikit waspada karena biasanya kita akan berjalan pagi-pagi buta sehingga rawan tersesat di persimpangan setelah padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 2 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Pendaki akan melewati tanjakan yang sangat terjal dan cukup menguras stamina, di apit jurang di kanan- kiri jalan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900mdpl, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Arcopo, y Arcopodo, disini sebuah misteri tentang arca kembar yang terdapat di daerah Arcopodo ( 1km sebelum puncak Mahameru ). Arca kembar itu adalah peninggalan jaman Majapahit, dulunya sebagai tempat pemujaan. Menurut berbagai cerita, arca kembar itu telah hilang. Ada juga yang bilang bahwa tidak sembarangan orang bisa melihat arca itu.
Kamis, 15 September 2010
- 01:00 WIB, kamipun sudah sampai di perbatasan vegetasi, (Alhamdulillah aku masih ingat jalur ini) kamipun mulai mendaki pelan-pelan. Dikarenakan saya berjalan cukup lambat, akhirnya saya tertinggal dengan tim bahkan oleh Rifki ( saya berpikir, kenapa tidak ada yang solider menunggu temannya yang tertinggal, mungkin banyak pendaki yang hilang atau tersesat karena tidak ada solidaritas antara 1 tim, bukankah kita kesini mempunyai niat yang suci, whateverlah).
- 02:00 WIB, saya masih terseok-seok, naik satu langkah, turun setengah langkah, dengan berat badan tidak sama seperti waktu 2006 dulu, sempat berpikir untuk tidak melanjutkan keatas karena dingin mulai merajuk disela-sela tulang ini, akan tetapi dicegah oleh Otoy. Yupz, Otoy, Untung saya ditemani oleh Otoy (salah satu teman yang tersisa dari tim yang kocar kacir). Sambil mendaki, kita berdua mengobrol ngalor ngidul, dari urusan kecil sampai pribadi...heuehuehue..Suatu waktu saya tanyakan 1 hal dan dijawab sangad bijak oleh Otoy, "Toy, kenapa kamu tidak langsung ke puncak saja?kenapa masih disini menunggu saya yang berjalan lambat?". Dia pun menjawab, "Kita dari awal sama-sama, mas, kita ke puncak pun sama-sama". Aku pun terharu. Kata-katanya seperti pernah diucapkan Clara dan Yudi, ketika saya terasa memperlambat mereka. Sungguh indah pertemanan ini. Ternyata masih ada teman seperti mereka.
- 03:00 WIB, Angin mulai kencang, banyak juga pendaki yang tidak bisa menyelesaikan perjalanan mereka an turun satu demi satu, saya pun berpikir sejenak, dan mulai memutuskan untuk menyuruh Otoy untuk meninggalkan saya,
Saya: "Toy, mending kamu ke puncak dulu,kamu duluan saja"
Otoy: "Kita sama-sama, mas..
Saya: "Tidakkk, kamu harus kesana duluan, karena kamu sudah jauh-jauh datang kesini, dari Jakarta, aku disini memperlambat kamu. Kalaupun aku tidak mampu, aku akan turun."
Otoy: "Ok, mas...
Setelah meminta beberapa tetes air minum, saya pun mulai merangkak sendiri. Dan membiarkan Otoy dengan cepatnya merangkak keatas.
- 04:00 WIB, Saya masih merangkak dan saya pun istirahat sebentar dengan berpikir, tetap berpikir, keputusan apa yang akan saya ambil dikala kelelahan dan kedinginan mengendurkan semangat saya. Sembari istirahat, saya memalingkan kesekeliling dari tempat saya duduk. Yupz, saya akhirnya menemukan Rifki yang ternyata masih dibawah saya berjarak 10m (padahal tadi dia meninggalkan saya, saya pun tidak tahu jika sudah melewatinya). Saya pun berteriak memanggil dia, dia pun melambaikan tangannya. Alhamdulillah, ternyata dia masih ada. Sebelumnya saya khawatir karena yang mengajak dia kesini adalah saya. Akhirnya kita berduapun melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi pulau Jawa tersebut. Dan tentu saja dengan Rifki dibelakang saya yang saya atur agar jarak diantara kita berdua tidak terlalu jauh.
- 05:00 WIB, Kurang dari 600 meter dari puncak, saya berjalan dan suatu waktu saya terjebak dengan salah jalur. Waktu itu saya harusnya mengambil jalur lebih ke kanan, akan tetapi saya berjalan hingga ke kiri jalur. Saya lihat disebelah kiri, Jurang telah menganga lebar, sementara untuk ambil jalur ke kanan terganjal sebuah jalur berpasir lurus yang jika saya pikir kalau saya menginjak lapisan itu, saya akan jatuh. Untuk turunpun jadi semakin sulit, karena bagia kiri saya jurang. Bayang-bayang trauma jatuh di Madakaripura pun menyeruak di pikiran. Akhirnya saya menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan-lahan untuk menghilangkan panik dari otak saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk meloncat dari sisi kiri ke kanan, diantara lapisan rentan berpasir tersebut. Saya membuang tracking pole ke jalur diatas sebelah kanan. Kemudian saya ambil ancang-ancang, dan hoppp..Akhirnya berhasil sampai ke jalur yang sebenarnya dengan diikuti degup jantung yang berderap lebih kencang dari biasanya. Sayapun melanjutkan perjalanan dengan sesekali melihat kebelakang, melihat kondisi Rifki. Saya pun juga merasa khawatir dengan dia, karena dia mempunyai "Pen" yang masih belum dilepas waktu dia operasi akibat kecelakaan sebelumnya. Terlihat oleh saya Otoy turun tidak melanjutkan perjalanan dikarenakan salah satu temannya yang ikut rombongan kami sedari awal ternyata tidak kuat sampai puncak dan akhirnya dibopong Otoy kebawah.
- 07:30 WIB, Setelah merangkak dan dengan keletihan yang luar biasa, akhirnya saya sampai juga ke MAHAMERU untuk kedua kalinya, Yupz, puncak abadi para dewa yang 2006 dulu pernah saya kunjungi dengan perasaan tersiksa oleh hidup. Mahameru, akhirnya saya telah menepati janji ku padamu 4 tahun yang lalu. Inilah tujuan awalQ. Dan sekarang disini saya berdiri walau hanya sesaat. Yupz, sebuah tanah tertinggi di Pulau Jawa. Terngiang sebuah lantunan nada di otakku:
Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang
perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
disini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi
aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang
cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tau dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
terangi dengan cinta di gelapku
ketakutan melumpukanku
terangi dengan cinta di sesatku
dimana jawaban itu.................................(Eros dan Okta - Cahaya Bulan)
3676 mdpl, akhirnya, setelah mengalami beberapa peristiwa yang unik sebelum sampai kesini.
Semua terbayar dengan keindahan ciptaan Tuhan YME dari Puncak tertinggi pulau Jawa.
Sebuah janji telah lunas terbayarkan.
Akhirnya semua akan tiba
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku.
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketika kudekap kau
Kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam CINTA........................ (Sok Hoe Gie - Sebuah Tanya)
Aku menggumam lirih, "Aku sayang kamu, ma..Aku akan berusaha membuat air matamu yang selalu menetes karena keegoisanku selama ini terhapuskan selamanya, aku berjanji akan membuat kamu bahagia., dan aku akan menepati janjiku untuk pulang dengan selamat dari sini". "Satu hadiah dariku, yang tertunda selama 4 tahun, untukmu, akan kutorehkan namamu dalam pasir-pasir Mahameru, yang akan aku tunjukkan kepada anak-anak kita kelak, bahwa, perjuangan cintaku padamu kubawa sampai ke Puncak Tertinggi di Pulau Jawa dan kuharap tidak akan berhenti sampai disini".
 |
Hadiah Untukmu, Sayang |
 |
Merenung |
- 08:30 WIB, Setelah mengambil beberapa foto dengan Wedus Gembel dan nisan Soe Hok Gie kita berdua pun turun dari puncak Mahameru dikarenakan dilarang berlama-lama di puncak, tidak boleh lebih dari jam 09:00 WIB, dikarenakan adanya asap beracun dari Kawah Jongring Saloka. Siapa Sok Hoe Gie?? Soe Hok Gie adalah orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Soe Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun dari Kawah Jongring Saloka. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.
 |
Cemoro Tunggal sebagai penanda arah turun dari Puncak |
 |
Jalur untuk naik ke puncak |
 |
Batas Vegetasi |
 |
Nisan Pendaki di Arcopodo 1 |
 |
Nisan Pendaki di Arcopodo 2 |
 |
Nisan Pendaki di Arcopodo 3 |
 |
Jalur Arcopodo |
- 11:00 WIB, Saya dan Rifki sudah sampai di Kalimati kembali dan disambut oleh teman-teman OANC. Mereka memberi selamat ke kami berdua setelah kami bercerita tentang kondisi jalur dan akhirnya berhasil menjadi orang tertinggi di Jawa...heuehueu...lelucon yang lucu...Setelah makan dan bercengkerama dengan teman-teman, saya pun tertidur dengan nyenyaknya dan tidak jadi langsung turun (rencananya jam 15:00, saya dan Rifki turun ke Ranu Kumbolo) dikarenakan hujan terus membasahi Kalimati, dan kelelahan yang amat sangad membuat kami berduapun tertidur sampai besok.. :hammer:
 |
Mahameru dari Kalimati |
 |
Tepar |
Jumat, 16 September 2010
 |
Aku Cinta Indonesia ( Mahameru - 3.676 mdpl) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Special Thanx to:
1. Tuhan YME
2. Kedua Orang Tua
3. Istri tercinta, Khumrotul Anis
4. OANC Team (Angan, Nesa, Clara, Awal, Nanunk, Wawo, Yudi, Anduk, Angga, Fajar)
5. Derilivita Nindra & Felly Indah Pratiwi.
6. Eiger, Do-Rent, dan INDONESIA